Teori Belajar Kognitifr

MAKALAH
TEORI BELAJAR KOGNITIF
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Mustaghfirin, M.Pd.

 



Disusun oleh Kelompok 2 :
Chaerul Huda                          0610072311
Edi Purwanto                 0610081111
Ninda Agustiarsih                    0610078312        
Novariko Bagus P.                  06100        
Sultani                            0610076311


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015




KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmata taufik dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bearjudul “Teori Pembelajaran Kognitif” sebagai tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
          Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Muhaammad SAW semoga diyaumil akhir nanti kita semua mendapatkan syafa’atnya. Amin.
          Kami ucapakan terima kasih kepada bapak Mustaghfirin, M. Pd selaku dosen pengampu. Serta teman-teman kelompok dua pada khususnya.
          Penulisan makalah ini belumlah sempurna oeh karena itu kami mohon kepada pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Penyusun,

Maret 2015






DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................  i
Kata Pengantar ................................................................................................  ii
Daftar isi........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang ....................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah ................................................................................  1
C.     Tujuan Penyusunan ..............................................................................  1
BAB II Pembahsan
A.    Pengertian teori pembalajaran kognitif................................................. 2
B.     Teori-Teori Belajar Berbasis Kognitivisme ..........................................  4
C.     Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran .......................  9
D.    Implikasi Teori Balajar Psikologi Kognitif dalam Pembelajaran.......... 9
BAB III Penutup
A.    Simpulan ..............................................................................................  11
B.     Saran ....................................................................................................  12
Daftar Pustaka .................................................................................................  13












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan maksud memperoleh pengetahuan serta untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki seseorang, kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja misalnya di perpustakaan, museum, sekolah maupun tempat rekreasi. Menurut Wertheimer proses belajar tidaklah tepat mempergunakan metode menghafal, tetapi lebih baik bila murid belajar dengan pengertian atau pemahaman.
Kegiatan belajar harus berlandaskan pada teori-teori dan prinsip-prinsip belajar agar biasa mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut. Teori belajar membahas dan menjelaskan bagaimana individu belajar dengan maksud memperoleh pengetahauan, keterampilan, sikap dan nilai dari suatu proses pembelajaran. Teori-teori belajar dapat digunakan sebagai landasan untuk menciptakan suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai oleh seorang guru khususnya dan oleh masyarakat luas pada umumnya, salah satunya teori belajar kognitif yang akan dibahas dalam makalah ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian teori pembelajaran kognitif?
2.      Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar kognitif?
3.      Bagaimankah aplikasi teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran?
4.      Bagaimanakah implikasi teori kognitifistik dalam pembelajaran?
B.     Tujuan Penyusunan
1.      Mengetahui pengertian belajar menurut tori kognitif
2.      Dapat mengetahui nama tokoh yang berperan dlam teori pembelajaran kognitif
3.      Dapat menerapkan bempelajaran kognitif dalam kegiatan pembelajaran
4.      Dapat memahami teori kognitif dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori Belajar Kognitif
Menurut Wundt kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang bertujian membangun struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam memori (Divesta, 1987).
Teori belajar kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak[1]. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks (Budiningsih, 2005 : 34).
Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan. Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.[2]
1.      Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan yang deklaratif rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi atau tentang hukum dan aturan.
2.      Pegetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau proses-proses yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan (how to do). Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu konsep.
3.      Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa  (when and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural digunakan. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif, maupun procedural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.

Dalam konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan teori pemrosesan informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh Geoerge Miller.[3] Menurut  Gangne, dalam pembelajaran terjadi proses peerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.
Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsanag  dari luar yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.[4]
Model pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang menjelaskan kerja motorik manusia yang meliputi Tiga macam system penyimpanan ingatan, yaitu :
1.      Memori sensori, suatu sistem mengingat stimuli secara cepat.
2.      Memori kerja, yaitu memori jangka pendek.
3.      Memori jangka panjang. Berfungsi menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.

B.       Teori-Teori Belajar Berbasis Kognitivisme
1.      Teori Kognitif Gestalt
Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi.[5] Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran, antara lain :
(1)   Pengalaman tilikan (insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan mengenali keterkaitan unsur-unsur dalam suatu peristiwa.
(2)   Pembelajaran bermakana (meaningful learning), kebermakaa unsure-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal ini akan sangat penting dalam pemecahan masalah.
(3)   Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.
(4)   Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini dikembangkan oleh Lewin.
(5)   Transfer dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.

  
2.      Teori belajar medan kognitif dari kurt lewin
Kurt lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive feld menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.[6]
Jadi, tingkah laku merupakan hasil inteaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu, seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi.[7] Dalam pencapaian tujuan seorang individu selalu ada hambatan atau tantangan yang harus dihadapi. Sehingga motivasi internal akan muncul karena untuk mencapai suatu tujuan dengan menghadapi hambatan diperlukan motivasi dalam diri, dengan demikian peran motivasi jauh lebih penting daripada hadiah.

3.      Teori Perkembangan Kognitif  Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis  perkembangan sistem saraf.[8] Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak.[9]
Menurut Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.      Tahap sensori motor ( sejak lahir sampai sekitar 2 tahun)
2.      Tahap pra-operasional ( sekitar usia 2 – 7 tahun)
3.      Tahap operasional konkret ( sekitar 7- 11 tahun)
4.      Tahap operasional formal ( usia 11 tahun dan seterusnya)
                        Perkembangan skema adalah universal dalam urutannya, artinya semua pembelajar di seluruh dunia memang harus melewati tahap sensori motor sampai kepada tahap operasional formal.[10] Menurut Piaget (Semiawan, 2002 : 51-52) semua perkembangan skema bersifat universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan yang merujuk kepada kematangannya.[11]
                        Piaget mengembangkan konsep adaptasi dengan dua varian yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu struktur fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan kognitif.[12] Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabungkan isitlah/konsep lama menghadapi tantangan baru.[13] Jadi, asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sedangkan pada akomodasi perubahan pada subjeknya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya.[14]



Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3.      Bahan yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
5.      Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi aktivitas sebagai berikut :
1.      Menentukan tujuan pembelajaran
2.      Memilih materi pembelajaran
3.      Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4.      Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik
5.      Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa
6.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

4.      Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.[15]
Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif para pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan intelektual itu menurut Bruner meliputi :
1.      Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi terhadap suatu objek.
2.      Ikonik, pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-gambar dan visualisasi verbal.
3.      Simbolik, siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan.[16]
Teori pembelajaran dari Jerome Bruner adalah teori pembelajaran konsep atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan konsep.[17]
Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau kategori-kategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang relevan dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan.[18]
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner sebagai berikut :
1.        Menentukan tujuan pembelajaran
2.        Melakukan identifikasi karakteristik siswa
3.        Memilih materi pelajaran
4.        Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
5.        Mengembangkan bahan-bahan belajar
6.        Mengatur topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik
7.        Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

C.   Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpihak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar mneghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

D.   Implikasi Teori Balajar Psikologi Kognitif dalam Pembelajaran
Dalam perkembangan setidaknya ada empat teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan Gestalt, teori kognitif Brunner, Teori Piaget dan Teori Kurt Lewin. Keempat tokoh teori penting ini yang dapat  mengembangkan teori belajar kognitif.
Teori Kognitif  Piaget, Brunner, Gestalt dan Kurt Lewin, Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1. Asimilasi (penyesuaian (peleburan) sifat asli yg dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar; lingkungan perubahan bunyi konsonan akibat pengaruh konsonan yg berdekatan)
2. Akomodasi (penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas dari objek yg berbeda; Antara penyesuaian manusia dalam kesatuan sosial untuk menghindari dan meredakan interaksi ketegangan dan konflik; Sos penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok manusia untuk meredakan pertentangan;)
3. Equilibrasi
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaranan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1.    Enaktif (aktivitas)
2.    Ekonik (visual verbal)
3.    Simbolik
Dari keempat macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa dan ini tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model penyusunan materi pelajaran hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. hendaknya dalam proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari sekedar menghafal kosakata.
BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Teori belajar kognitif lebih  menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Tokoh dalam teori belajar kognitivisme dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar medan kognitif dari Kurt Lewin yang memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis, teori belajar perkembangan Jean Piaget yang memandang bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme bilogis, perkembangan sistem saraf, teori belajar discovery learning dari Jerome S. Bruner yang memandang bahwa anak haus berperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpihak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap Asimilasi (penyesuaian (peleburan), (penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas dari objek yg berbeda dan Equilibrasi proses belajar terjadi melalui tahap-tahap aktivitas, visual verbal, simbolik

A.    Saran
Teori belajar kognitif hendaknya digunakan sebagai landasan atau dasar yang harus dipahami oleh guru ataupun calon guru pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya agar apa yang di di pelajari dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.


























DAFTAR PUSTAKA

Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Hariyanto, Suyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Remaja Rosdakarya.
Lestari, Asih. “Makalah Teori Pembelajaan Kognitif”. 9 Maret 2015.  https://www.academia.edu




[1] Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Remaja Rosdakarya, h. 75
[2] Suyono, Haryanto, loc.cit., h. 75
[3] Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Remaja Rosdakarya, h. 77
[4] Suyono, Haryanto, loc.cit., h. 77
[5] Ibid., h. 80
[6] Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 75
[7] Djaali, loc.cit., h.76
[8] Suyono, Haryanto, op.cit., hh. 82-83
[9] Suyono, Haryanto, loc.cit., h. 83
[10] Ibid, h.85
[11] Suyono, Haryanto, loc.cit., h. 85
[12] Ibid., h. 86
[13] Suyono, Haryanto, loc.cit. h. 86
[14] Suyono, Haryanto, 2011, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Remaja Rosdakarya. hh. 86-87
[15] Ibid., h. 89
[16] Suyono, Haryanto, loc.cit., h. 89
[17] Ibid., h. 90
[18] Ibid., h.91
Previous
Next Post »