MAKALAH
TEORI BELAJAR
KOGNITIF
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Mustaghfirin, M.Pd.
Disusun oleh Kelompok 2 :
Chaerul Huda 0610072311
Ninda Agustiarsih 0610078312
Novariko Bagus P. 06100
Sultani 0610076311
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu
wata’ala yang telah melimpahkan rahmata taufik dan hidayahnya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bearjudul “Teori Pembelajaran Kognitif” sebagai
tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Shalawat dan salam
tidak lupa senantiasa tercurah kepada Nabi Muhaammad SAW semoga diyaumil akhir
nanti kita semua mendapatkan syafa’atnya. Amin.
Kami ucapakan terima
kasih kepada bapak Mustaghfirin, M. Pd selaku dosen pengampu. Serta teman-teman
kelompok dua pada khususnya.
Penulisan makalah ini
belumlah sempurna oeh karena itu kami mohon kepada pembaca untuk bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin
Penyusun,
Maret 2015
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar isi...........................................................................................................
iii
BAB I Pendahuluan
A.
Latar Belakang .................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C.
Tujuan Penyusunan .............................................................................. 1
BAB II Pembahsan
A.
Pengertian teori pembalajaran kognitif.................................................
2
B.
Teori-Teori Belajar Berbasis
Kognitivisme .......................................... 4
C.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan
Pembelajaran ....................... 9
D.
Implikasi Teori Balajar Psikologi
Kognitif dalam Pembelajaran..........
9
BAB III Penutup
A.
Simpulan .............................................................................................. 11
B.
Saran .................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ................................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan maksud memperoleh pengetahuan serta untuk meningkatkan keterampilan yang
dimiliki seseorang, kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja misalnya di
perpustakaan, museum, sekolah maupun tempat rekreasi. Menurut Wertheimer proses
belajar tidaklah tepat mempergunakan metode menghafal, tetapi lebih baik bila
murid belajar dengan pengertian atau pemahaman.
Kegiatan belajar
harus berlandaskan pada teori-teori dan prinsip-prinsip belajar agar biasa
mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut. Teori belajar membahas dan
menjelaskan bagaimana individu belajar dengan maksud memperoleh pengetahauan,
keterampilan, sikap dan nilai dari suatu proses pembelajaran. Teori-teori
belajar dapat digunakan sebagai landasan untuk menciptakan suatu proses atau
kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai oleh seorang guru khususnya dan oleh
masyarakat luas pada umumnya, salah satunya teori belajar kognitif yang akan
dibahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian teori pembelajaran kognitif?
2. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar
kognitif?
3. Bagaimankah aplikasi teori kognitif dalam
kegiatan pembelajaran?
4. Bagaimanakah implikasi teori
kognitifistik dalam pembelajaran?
B. Tujuan Penyusunan
1. Mengetahui
pengertian belajar menurut tori kognitif
2. Dapat
mengetahui nama tokoh yang berperan dlam teori pembelajaran kognitif
3. Dapat
menerapkan bempelajaran kognitif dalam kegiatan pembelajaran
4. Dapat
memahami teori kognitif dalam pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Belajar Kognitif
Menurut Wundt
kognitif adalah suatu proses aktif dan kreatif yang bertujian membangun
struktur melalui pengalaman-pengalaman. Wundt percaya bahwa pikiran adalah
hasil kreasi para siswa yang aktif dan kreatif yang kemudian disimpan di dalam
memori (Divesta, 1987).
Teori belajar
kognitif menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori
ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang tampak[1].
Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan
lainnya. belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat
kompleks (Budiningsih, 2005 : 34).
Menurut
pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting
dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai
dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa
yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan
dilupakan. Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut.[2]
1. Pengetahuan
deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau
disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan yang deklaratif
rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi
atau tentang hukum dan aturan.
2.
Pegetahuan procedural, yaitu pengetahuan
tentang tahap-tahap atau proses-proses yang harus dilakukan, atau pengetahuan
tentang bagaimana melakukan (how to do).
Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu
konsep.
3. Pengetahuan
kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when
and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural digunakan.
Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan
deklaratif, maupun procedural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan
kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.
Dalam konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan
teori pemrosesan informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian
dikembangkan oleh Geoerge Miller.[3]
Menurut Gangne, dalam pembelajaran
terjadi proses peerimaan informasi yang selanjutnya diolah sehingga
menghasilkan keluaran berupa hasil belajar.
Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara
kondisi-kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal
adalah kondisi dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
pembelajaran yang optimal serta proses kognitif yang terjadi dalam diri
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsanag dari luar yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.[4]
Model pengolahan
informasi merupakan model dalam teori belajar yang menjelaskan kerja motorik
manusia yang meliputi Tiga macam system penyimpanan ingatan, yaitu :
1.
Memori sensori, suatu sistem mengingat
stimuli secara cepat.
2.
Memori kerja, yaitu memori jangka
pendek.
3.
Memori jangka panjang. Berfungsi
menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
B.
Teori-Teori
Belajar Berbasis Kognitivisme
1. Teori Kognitif Gestalt
Pokok
pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai
suatu keseluruhan yang terorganisasi.[5]
Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran,
antara lain :
(1) Pengalaman
tilikan (insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan mengenali keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu peristiwa.
(2) Pembelajaran
bermakana (meaningful learning), kebermakaa unsure-unsur yang terkait dalam
proses pembelajaran akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal ini akan
sangat penting dalam pemecahan masalah.
(3) Perilaku
bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan. Proses
pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.
(4) Prinsip
ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan di mana ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan
hidup. Konsep ini dikembangkan oleh Lewin.
(5) Transfer
dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.
2.
Teori
belajar medan kognitif dari kurt lewin
Kurt
lewin mengembangkan teori belajar medan kognitif (cognitive feld menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan
psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada didalam
suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,
misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material
yang dihadapi.[6]
Jadi,
tingkah laku merupakan hasil inteaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari
dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang
berasal dari luar diri individu, seperti tantangan dan permasalahan yang
dihadapi.[7]
Dalam pencapaian tujuan seorang individu selalu ada hambatan atau tantangan
yang harus dihadapi. Sehingga motivasi internal akan muncul karena untuk
mencapai suatu tujuan dengan menghadapi hambatan diperlukan motivasi dalam
diri, dengan demikian peran motivasi jauh lebih penting daripada hadiah.
3.
Teori
Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Teori
perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses
genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf.[8]
Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil
belajar berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak merupakan suatu
aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret
menuju abstrak.[9]
Menurut
Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahap
sensori motor ( sejak lahir sampai sekitar 2 tahun)
2. Tahap
pra-operasional ( sekitar usia 2 – 7 tahun)
3. Tahap
operasional konkret ( sekitar 7- 11 tahun)
4. Tahap
operasional formal ( usia 11 tahun dan seterusnya)
Perkembangan skema
adalah universal dalam urutannya, artinya semua pembelajar di seluruh dunia
memang harus melewati tahap sensori motor sampai kepada tahap operasional
formal.[10]
Menurut Piaget (Semiawan, 2002 : 51-52) semua perkembangan skema bersifat
universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan
adalah kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan
yang merujuk kepada kematangannya.[11]
Piaget mengembangkan
konsep adaptasi dengan dua varian yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu
struktur fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan
pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses
pengembangan kognitif.[12]
Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabungkan
isitlah/konsep lama menghadapi tantangan baru.[13]
Jadi, asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sedangkan pada akomodasi
perubahan pada subjeknya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan objek yang
ada diluar dirinya.[14]
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Bahasa
dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
2. Anak-anak
akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3. Bahan
yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak
asing.
4. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
5. Didalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
Konsep
Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi aktivitas sebagai berikut :
1. Menentukan
tujuan pembelajaran
2. Memilih
materi pembelajaran
3. Menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4. Menentukan
kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik
5. Mengembangkan
metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa
6. Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
4.
Teori
Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar
teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan,
siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk
akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.[15]
Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan
kognitif para pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan intelektual
itu menurut Bruner meliputi :
1. Enaktif,
seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi terhadap suatu objek.
2. Ikonik,
pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-gambar dan visualisasi
verbal.
3. Simbolik,
siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru
harus memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya
sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan.[16]
Teori pembelajaran dari Jerome Bruner adalah teori
pembelajaran konsep atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan
konsep.[17]
Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang
mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan
seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau
kategori-kategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang relevan dengan
kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan.[18]
Langkah-langkah pembelajaran
menurut Bruner sebagai berikut :
1.
Menentukan tujuan pembelajaran
2.
Melakukan identifikasi karakteristik
siswa
3.
Memilih materi pelajaran
4.
Menentukan topik-topik yang dapat
dipelajari siswa secara induktif
5.
Mengembangkan bahan-bahan belajar
6.
Mengatur topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dari tahap enaktif,
ikonik, ke simbolik
7.
Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa.
C. Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan
Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan
sebagai suatu aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi perceptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang
berpihak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam
menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan
behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan
kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap
tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan
dapat belajar dengan baik terutama jika mendengarkan benda-benda kongrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar
amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi
perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang
telah memiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi
pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana
ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada
belajar mneghafal.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa pelu
diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
D. Implikasi Teori Balajar Psikologi Kognitif
dalam Pembelajaran
Dalam
perkembangan setidaknya ada empat teori belajar yang bertitik tolak dari teori
kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan Gestalt, teori kognitif Brunner,
Teori Piaget dan Teori Kurt Lewin. Keempat tokoh teori penting ini yang
dapat mengembangkan teori belajar
kognitif.
Teori Kognitif Piaget, Brunner, Gestalt dan Kurt Lewin,
Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai
dengan umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1.
Asimilasi (penyesuaian (peleburan) sifat asli yg dimiliki dengan
sifat lingkungan sekitar; lingkungan perubahan bunyi konsonan akibat pengaruh
konsonan yg berdekatan)
2.
Akomodasi (penyesuaian mata untuk
menerima bayangan yang jelas dari objek yg berbeda; Antara penyesuaian manusia
dalam kesatuan sosial untuk menghindari dan meredakan interaksi ketegangan dan
konflik; Sos penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok
manusia untuk meredakan pertentangan;)
3.
Equilibrasi
Proses
belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaranan
bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1. Enaktif (aktivitas)
2. Ekonik (visual verbal)
3. Simbolik
Dari keempat macam teori diatas jelas masing-masing
mempunya implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih
mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitif siswa dan ini tidaklah
mudah, Dengan memahami struktur kognitif siswa, maka dengan tepat pelajaran
bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan siswanya. Selain itu, juga model
penyusunan materi pelajaran hendaknya disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran di buat
bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. hendaknya dalam proses
pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi juga
memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik dari
sekedar menghafal kosakata.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Teori belajar
kognitif lebih menekankan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar. Tokoh dalam teori belajar kognitivisme dari
Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar medan kognitif dari
Kurt Lewin yang memandang bahwa setiap individu berada didalam suatu medan
kekuatan yang bersifat psikologis, teori belajar perkembangan Jean Piaget yang
memandang bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
suatu proses yang didasarkan atas mekanisme bilogis, perkembangan sistem saraf,
teori belajar discovery learning dari Jerome S. Bruner yang memandang bahwa
anak haus berperan secara aktif saat belajar dikelas. Konsepnya adalah belajar
dengan menemukan siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya
dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
Hakekat belajar
menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses
internal. Kegiatan pembelajaran yang berpihak pada teori belajar kognitif ini
sudah banyak digunakan. Dalam menemukan tujuan pembelajaran, mengembangkan
strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang
dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap Asimilasi
(penyesuaian (peleburan), (penyesuaian mata untuk menerima bayangan yang jelas
dari objek yg berbeda dan Equilibrasi proses belajar terjadi melalui
tahap-tahap aktivitas, visual verbal, simbolik
A.
Saran
Teori belajar kognitif hendaknya
digunakan sebagai landasan atau dasar yang harus dipahami oleh guru ataupun
calon guru pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya agar apa yang di di
pelajari dapat digunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Hariyanto, Suyono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Penerbit Remaja Rosdakarya.
[1] Suyono, Haryanto,
2011, Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Remaja Rosdakarya, h. 75
[2] Suyono, Haryanto,
loc.cit., h. 75
[3] Suyono, Haryanto,
2011, Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta: Remaja Rosdakarya, h. 77
[4] Suyono, Haryanto,
loc.cit., h. 77
[5] Ibid., h. 80
[6] Djaali, 2011, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, h. 75
[7] Djaali, loc.cit.,
h.76
[8] Suyono, Haryanto,
op.cit., hh. 82-83
[9] Suyono, Haryanto,
loc.cit., h. 83
[10] Ibid, h.85
[11] Suyono, Haryanto,
loc.cit., h. 85
[12] Ibid., h. 86
[13] Suyono, Haryanto,
loc.cit. h. 86
[15] Ibid., h. 89
[16] Suyono, Haryanto,
loc.cit., h. 89
[17] Ibid., h. 90
[18] Ibid., h.91
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon